Å·ÃÀÈÕb´óƬ

Skip to Main Navigation
publication

Memperbaiki Fondasi: Guru dan Pendidikan Dasar di Asia Timur dan Pasifik

Å·ÃÀÈÕb´óƬ

MEMPERBAIKI FONDASI

Lebih dari separuh anak usia 10 tahun di sebagian besar negara berpendapatan menengah di Asia Timur dan Pasifik tidak bisa membaca dan memahami teks yang sesuai dengan usia mereka. Keterampilan yang kuat tidak dapat dibangun di atas fondasi yang lemah. Dan keterampilan yang lemah tidak akan mendorong pertumbuhan produktivitas yang diperlukan untuk transisi menuju status negara berpenghasilan tinggi. Pemberdayaan guru, melalui kombinasi pelatihan dan teknologi, adalah kunci untuk memperkuat hasil pembelajaran dasar.

Watch the launch event

Investasi awal di bidang pendidikan merupakan kunci bagi perkembangan luar biasa di Asia Timur. Literasi dan numerasi dasar membekali petani untuk mengadopsi benih dan pupuk baru serta mengantarkan pada Revolusi Hijau. Peningkatan produktivitas yang diakibatkannya memungkinkan pekerja untuk beralih dari sektor pertanian dan menggunakan keterampilan dasar mereka di bidang manufaktur yang berorientasi ekspor. Transformasi struktural ini mendorong pertumbuhan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.

Namun, keberhasilan di masa lalu berisiko menutupi kekurangan dalam bidang pendidikan di negara-negara berpenghasilan menengah di Asia Timur dan Pasifik saat ini. Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan dalam hal angka partisipasi sekolah dan pencapaian pendidikan, lebih dari separuh anak usia 10 tahun di sebagian besar negara berpendapatan menengah tidak bisa membaca dan memahami teks yang sesuai dengan usianya¡ªsebuah fenomena yang dikenal sebagai learning poverty (hilangnya kemampuan belajar). Karena proses belajar bersifat kumulatif, banyak dari anak-anak ini tidak akan pernah mampu mengembangkan keterampilan lebih lanjut yang diperlukan dalam manufaktur yang inovatif dan jasa yang canggih ¨C yang merupakan aktivitas ekonomi yang meningkatkan produktivitas dan dapat mendorong negara-negara di kawasan ini beralih dari status berpendapatan menengah ke berpendapatan tinggi. Learning poverty di semua negara berpendapatan menengah di kawasan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi: Jepang, Republik Korea, dan Singapura. Namun tantangannya lebih berat lagi di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah seperti Kamboja, Republik Demokratik Rakyat Laos (PDR), dan Papua Nugini. Di semua negara, kualitas pendidikan jauh lebih lemah di daerah pedesaan dan miskin dibandingkan di daerah perkotaan dan kaya. Defisit pembelajaran dasar yang terus-menerus ini diperparah oleh pandemi COVID-19 (virus corona).

Oleh karena itu, laporan ini berfokus pada pembelajaran dasar¡ªliterasi dan numerasi dasar¡ªyang diperlukan untuk pengembangan keterampilan tingkat lanjut. Laporan ini berfokus pada sekolah negeri di mana sebagian besar siswa di kawasan ini memperoleh pendidikan dasar mereka. Terakhir, laporan ini berfokus pada guru, yang merupakan elemen sentral dalam pembelajaran anak-anak.